Catatan Perjalanan 2011

Posted: Rabu, 28 September 2011 by Sula Brother's in Label:
0

Setelah menempuh perjalanan sekitar 1 jam 45 menit, akhirnya Pesawat Garuda tujuan Ternate tiba di Bandara Sultan Khairun Ternate. Udara panas menyambut kedatangan para penumpang meskipun jam masih menunjukkan pukul 08.52. Perjalanan pulang kali ini cukup menyenangkan dibanding dengan tahun-tahun kemarin. Pelayanan Pesawat Garuda sangat memuaskan, selain makanan dan minuman yang beraneka ragam, tersedia juga surat kabar dan pramugari yang ramah dan cantik. :D

Berbeda dengan perjalanan pulang pada tahun 2009. Saat itu, aku terpaksa harus menunggu selama 8 jam karena Pesawat Merpati yang tidak On-time. Selama 8 jam itu, rasa bosan dan kantuk menyerang tanpa ampun, maklum hari itu aku hanya beristirahat 2 jam. Sebelumnya, kami dijanjikan pukul 11.00 pesawat sudah akan berada di Bandara Sultan Hasanuddin. Setelah pukul 11.00 kami mulai bertanya dan jawabannya sangatlah mengecewakan yaitu jam 02.00. emosi para penumpang mulai meledak untungnya, saat itu bulan Ramadhan (Kebanyakan penumpang sedang menjalani ibadah puasa). Akhirnya pesawat take-off dari bandara sekitar pukul 04.00. Bukannya mau membedakan antara satu maskapai penerbangan dengan maskapai yang lain tapi, ini hanya kisah pribadi.

Situasi di bandara hari ini cukup menjengkelkan. Banyak sopir mobil menjengkelkan yang memaksa kami untuk naik walaupun sudah beberapa kali kami menjawab dengan sangat tegas TIDAK! Akhirnya setelah dipertimbangkan, kami sepakat naik ojek menuju rumah masing-masing. Setelah tiba di rumah, tas yang sedari tadi membebani pundak langsung kulepas. Rasa lega dan ringan ternyata tak sebanding dengan rasa sakit di pundak.

Kali ini ternate cukup membosankan! Tak tahu harus melakukan apa, aku hanya berdiam diri di rumah sembari beristirahat. Ada beberapa faktor penyebab mengapa ternate kali ini membosankan. Yang pertama, selain siang hari matahari tak segan-segan membakar, saat ini aku sedang menjalankan ibadah puasa. Yang kedua, sore hari kendaraan di kota ternate sangat padat. Jalan sore hanya akan menghabiskan tenaga. Malam adalah waktu yang tepat berkeliaran mengunjungi saudara dan beberapa kawan lama.

Situasi kota ternate malam hari terbilang indah. Banyak ABG terlihat berkeliaran setelah selesai Shalat Tarawih, kebanyakan dari mereka mengendarai motor Matic (Menurutku). Mungkin motor yang lagi trend di Ternate saat ini motor Matic. Aku mengambil jalan lain tak seperti ABG kebanyakan, aku hanya berkunjung ke rumah teman, bercerita tentang kenangan masa lalu. Bagiku ini lebih mengasikkan dibanding keliling kota tanpa arah (Ini menurutku, belum tentu benar bagi orang lain).
Bukan berarti aku sudah tua dan tak suka bersenang-senang keliling kota tapi aku disini hanya sementara bukan dalam waktu lama dan bercerita tentang kenangan masa lalu adalah bersama teman hal yang tepat saat ini. Tentu saja bagi mereka (ABG) berkeliling kota adalah hal yang menyenangkan dibanding bercerita masa lalu karena faktor mereka belum berpisah (Hidup di beda kota dan sekali bertemu dalam kurun waktu satu tahun) dan ada label “GAUL” ketika malam hari berkeliaran keliling kota sambil ugal-ugalan (Faktor paling utama).

Saat ini, aku mencoba mengkontak kembali beberapa teman lama dan ada pula beberapa teman yang tak saling kenal begitu lama tapi sudah sangat akrab. Alhamdulillah saat ini beberapa teman di Makassar telah menyusul pulang. Syukurlah, nanti saat pulang, aku bisa jalan-jalan ke tempat mereka menikmati hijaunya alam dan suara hewan menari.

------------------

Hari ini seperti biasa, aku mengurung diri di rumah sambil menonton TV mencoba menghabiskan waktu. Cuaca hari ini tak seperti biasanya. Matahari tampak malu-malu menampilkan sinarnya dan awan berhasl mendominasi langit. Semalam hujan begitu kencangnya, langit terlihat merah dan sesaat semuanya terlihat begitu menyeramkan.
Aku mengambil remote, mencari siaran menarik dan bermanfaat untuk ditonton. Setelah search beberapa siaran, akhirnya aku memilih program TV favorite yaitu NATIONAL GEOGRAPHIC CHANNEL. Kali ini, National Geographic channel membahas tentang suku BIAMI di Papua Nugini. Sebelum siaran tentang suku Biami, ada siaran tentang kehidupan para tentara singapura yang baru mengikuti pelatihan termaksud kegiatan akhir pekan mereka saat diberi kesempatan kembali ke keluarga. Acara ini menarik menurutku. selain menunjukkan sisi lain kehidupan tentara, ada juga wawancara pribadi dengan para tentara mudah dan efek pekerjaan mereka terhadap kehidupan pribadi.

Kembali ke siaran tentang suku Biami. Ini siaran yang sangat bermanfaat, merupakan siaran yang menunjukkan sisi lain kanibalisme dan kehidupan harian suku Biami termaksud cara mereka menyambut tamu, mengobati penyakit dan pemimpin Lagu mereka Tidikawa dalam mengobati penyakit dan mengetahui penyihir dengan cara berkomunikasi dengan arwah yang menjadi teman Tidikawa.

Ternyata kanibalisme (Memakan sesame jenis) yang kebanyakan orang pahami sangatlah berbeda. Kita terlalu keliru menilai kanibalisme dan dengan cepat tanpa pengetahuan apapun menilain dan mengambil sikap. Berdasarkan pengalaman pribadi dari pemimpin lagu Tidikawa, dia telah memakan 2 orang manusia, yang satunya laki-laki dan yang satunya lagi perempuan. Saat itu Tidikawa masih kecil dan tidak tahu kalau itu adalah daging manusia, nanti setelah besar baru orang tua Tidikawa memberitahu kalau yang pernah dia makan adalah daging manusia.

Tidikawa berkata kalau mereka memakan manusia bukan karena kelaparan atau rasa ingin terhadap daging manusia tapi perempuan yang pernah dia makan adalah anggota suku lain. Sebelumnya suku sebelah menculik dan memakan perempuan suku mereka maka dengan itu, suku Tidikawa pun melakukan hal yang sama. Daging manusia laki-laki yang pernah dia makan adalah seorang penyihir. Menurut Tidikawa, seorang penyihir harus dimakan dagingnya karena telah membunuh orang lain. Munurutku, mereka (suku Tidikawa) membuat sebuah keadaan yang adil. Kasus pertama membuktikan bahwa mereka memakan daging perempuan bukan karena rasa lapar tapi karena suku lain telah berbuat hal itu. Suku Biami tidak berburu manusia mereka hanya berburu binatang. Satu lagi pernyataan penting dari Tidikawa saat ditanya apakah daging manusia rasanya enak? Dengan santai Tidikawa menjawab rasanya seperti rasa daging Babi.
Kedatangan Misionaris Kristen ternyata telah menghancurkan budaya Suku Biami. Sekarang Suku Biami tidak lagi melakukan nyanyian untuk mengobati penyakit dan menemukan penyihir. Bahkan arwah yang menemani pemimpin lagu (Tidikawa) telah meninggalkannya selama 10 Tahun. Mayoritas (90%)suku-suku di Papua Nugini sekarang telah beragama Kristen tapi budaya dan adat mereka sebagian besar masih tetap seperti yang dulu.

Sekarang, kehidupan suku Biami sudah sangat berbeda. Mereka tidak lagi hidup berpindah tempat dan aktivitas berburu juga hanya sesekali saja. Mereka bermukim di sebuah tempat dan beternak. Ini sangatlah berbeda dengan kehidupan suku Tugutil di Pulau Halmahera. Suku Tugutil di Halmahera sebagian besar masih hidup berpindah tempat mengikuti rantai makanan. Mereka belum mengenal Padi, mereka hanya mengkonsumsi Ubi liar sebagai makanan pokok dan berburu binatang maupun ikan di sungai-sungai tempat mereka membangun rumah semi-permanen.

------------------

Cukuplah untuk hari ini. Aku harus bersiap-siap merapikan semua barang-barang agar tak ada lagi yang ketinggalan seperti perjalanan dari Makassar menuju Ternate. Besok aku harus berangkat menuju kampung halaman tercinta SANANA. Perjalanan dari Ternate menuju Sanana akan memakan waktu 15 Jam dan akan ditempuh malam hari. Kerinduaan ini akhirnya bisa terbalaskan. Sanana .. I’m coming :P

- Fai Gailea

0 komentar: