Kam Pia Awa In Munara

Posted: Selasa, 25 Januari 2011 by Sula Brother's in Label:
0

Subur-subur laka-laka kam bo awa
dan inilah hidup kami sesungguhnya dalam pengertian yang lebih sosialistik
kehidupan komunal bukanlah kehinaan
semenjak dahulu bapak kamu,saya dan kita semua yang ada disini
menjalinnya kehidupan dalam kebersamaan
saling berbagi antar kampung dalam kebun
antar kebun dalam kampung
antar kampung dari kampung
antar kebun dari kebun

ka wa teamaha kasbi do fia
karena alam telah memelihara dan menjaga tanahnya
kini petani memuja keindahannya dengan rabana yang bertalu
melangkah dengan irama yang pasti merebut impian kehidupan sejati
menikmati hasil berarti tuk berbagi antara satu sama lain
ayo berkebun jangan tinggalkan kampung,karena kota tak memberikan apa-apa
selain kemiskinan penderitaan,kemelaratan dan kesengsaraan
di kotalah cerminan kehidupan Modernitas yang mengalienasi diri manusia
membuat manusia semakin jauh dari kemanusiaannya
karena kota adalah hasil manupulasi sejarah peradaban
hidup berdampingan tapi tak saling mengenal

matalin lopa uta do mahisa
melupakan adalah kebiasaan buruk manusia
setelah beranak pinak dan direduksi oleh televisi
menyuguhkan kisah yang nista dengan darah para pekerja
melupakan hakikat hidup rela kehilangan sejarah
hasil rekayasa media membentuk pribadi tanpa raga
menjadi konsumtif dengan laga sok terkaya
akan membuat mu menjadi gembala

kam pia awa in munara ha
kam pia awa in munara ha
kam pia awa in munara ha
kam pia awa in munara ha
kam pia awa in munara ha
kam pia awa in munara ha
kam pia awa in munara ha
kam pia awa in munara ha
kam pia awa in munara ha

kam kabihu si bia awa
kala nan wai ewa es kol do fati e
bau gamiha es kol do fati e

Tak seperti Mirip Muh. Ali anwar (Boy) scrup diagnosis dan Time Band yang lagak puitis sufistik mistik Jalaluddin Rumi musikal rendahan target popularitas reduksi makna realitas perbudakan oposisi biner cemoh derrida tuk Lévi-Strauss injeksi kesadaran pemberontak ocehan mulut lebih diprioritaskan dari pada tulisan
Tulisan adalah “kematian” yang menghadang pikiran.

-Rop Incontrolado Amona-

0 komentar: